Sabtu, 20 Juli 2013

PENJARA ORANG BERIMAN



 “Dunia ini adalah penjara (bagi) orang yang beriman dan surga (bagi) orang kafir” [Hadits shahih riwayat Muslim (no. 2956)]


Ibnul Qayyim menjelaskan makna hadits ini dalam kitabnya "Badaai’ul fawaaid":

1. Orang yang beriman di dunia ini, keimanannya 
yang kuat menghalangi dia untuk memperturutkan nafsu syahwat yang diharamkan oleh Allah Ta’ala, sehingga dengan keadaan ini seolah-olah dia hidup dalam penjara. Atau dengan kata lain: dunia ini adalah tempat orang yang beriman memenjarakan hawa nafsunya dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah Ta’ala, berbeda dengan orang kafir yang hidup bebas memperturutkan nafsu syahwatnya.
Penafsiran ini juga disebutkan oleh imam an-Nawawi dalam kitab “Syarhu shahihi Muslim"

2. Makna: “Dunia ini adalah penjara (bagi) orang yang beriman dan surga (bagi) orang kafir”, adalah jika dibandingkan dengan keadaan/balasan orang yang beriman dan orang kafir di akhirat nanti, karena orang yang beriman itu meskipun hidupnya di dunia paling senang dan bahagia, tetap saja keadaan tersebut seperti penjara jika dibandingkan dengan besarnya balasan kebaikan dan kenikmatan yang Allah Ta’ala sediakan baginya di surga di akhirat kelak. Dan orang kafir meskipun hidupnya di dunia paling sengsara dan menderita, tetap saja keadaan tersebut seperti surga jika dibandingkan dengan pedihnya balasan keburukan dan siksaan yang Allah Ta’ala akan timpakan kepadanya di neraka di akhirat nanti.
Penafsiran ini juga disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dalam kitab “Qaa’idatun fil mahabbah”

Rabu, 03 Juli 2013

KISAH SABAR YANG PALING MENGAGUMKAN



Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.

Sang dokter berkata:
Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.

Pada hari Kamis pukul 11:15 -aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Ta'ala menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Ta'ala.

Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: "Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati."

Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut?
Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata:
"Engkaulah penyebabnya!"
Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: "Alhamdulillah." Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.

Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Ta'ala serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.

Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya: "Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi." Maka dia berkata: "Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi."

Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah Ta'ala spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.

Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata: "Alhamdilillah."

Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Ta'ala, dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.

Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2oC. maka kukatakan kepada sang ibu: "Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh." Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: "Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia."

Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menagis histeris seraya berkata: "Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,6o, dia akan mati, dia akan mati." Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: "Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 41o lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah." Maka berkatalah ibu pasien no. 6 tentang ibu tersebut:
"Wanita itu tidak waras dan tidak sadar."

Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah yang indah lagi agung:
(طُوْبَى لِلْغُرَبَاِء) "Beruntunglah orang-orang yang asing." Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.

Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: "Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat." Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah: "Alhamdulillah." Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.

Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya.

Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda..
Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: "Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat." Diapun berkata: "Alhamdulillah." Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya.

Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.

Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdo'a, dan merendahkan diri kepada Allah Ta'ala?

Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Ta'ala sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat.

Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki berserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: "Siapakah mereka?" Dia menjawab, "tidak mengenal mereka."

Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.

Aku menyambut mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: "Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri."

Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: "Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah Ta'ala."

Tahukah anda apa yang dia katakan?
Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.

Sang suami berkata: "Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar'i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo'akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang."

Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: "Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu." Maka kukatakan kepadanya: "Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu." Kisah selesai.

Kukatakan:
Saudara-saudariku, kadang anda terheran-heran dengan kisah tersebut, yaitu terheran-heran terhadap kesabaran wanita tersebut, akan tetapi ketahuilah bahwa beriman kepada Allah Ta'ala dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah sebuah taufik dan rahmat dari Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِ‌ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ (١٥٥) ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ (١٥٦) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَيۡہِمۡ صَلَوَٲتٌ۬ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ۬‌ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ (١٥٧)
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS. Al-Baqarah: 155-157)

Nabi bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَحُزْنٍ وَلاَ أَذىً وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا خَطاَيَاهُ
"Tidaklah menimpa seorang muslim dari keletihan, sakit, kecemasan, kesedihan tidak juga gangguan dan kesusahan, hingga duri yang menusuknya, kecuali dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya." (HR. al-Bukhari (5/2137))

Maka, wahai saudara-saudariku, mintalah pertolongan kepada Allah Ta'ala, minta dan berdo'alah hanya kepada Allah Ta'ala terhadap berbagai kebutuhan anda sekalian.
Bersandarlah kepada-Nya dalam keadaan senang dan susah. Sesungguhnya Dia Ta'ala adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.
Mudah-mudahan Allah Ta'ala membalas anda sekalian dengan kebaikan, serta janganlah melupakan kami dari do'a-do'a kalian.
وَمَا تَنقِمُ مِنَّآ إِلَّآ أَنۡ ءَامَنَّا بِـَٔايَـٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَآءَتۡنَا‌ۚ رَبَّنَآ أَفۡرِغۡ عَلَيۡنَا صَبۡرً۬ا وَتَوَفَّنَا مُسۡلِمِينَ (١٢٦)
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." (QS. Al-A'raf: 126)

Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Dari Kaset Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan)
Via: Majalah Qiblati



https://www.facebook.com/photo.php?fbid=528288353891994&set=a.177951685592331.60082.122498487804318&type=1&relevant_count=676

Kebangkitan Ulama dan Umat Berawal dari Yang Semacam Ini!




Kumpulan donasi atau dana demi maslahat kaum muslimin Suriah dengan hanya mengandalkan situs Facebook namun bisa meraup pengumpulan sebesar puluhan juta, menunjukkan bahwa umat kita sebenarnya memiliki concern dan kepedulian untuk kaum muslimin di mana pun. Yang saya anggap unik adalah para pelaku dan penggerak hal sehebat ini justru bukan orang-orang haraky; dan tidak dengan membubuhkan embel-embel slogan ala partai atau kelompoknya. Tapi, tujuannya: membantu kaum muslimin serela-relanya!

Sekarang saudara-saudara yang konsentrasi di harakah mungkin sedang sibuk mengurusi keterteteran partainya, atau golongannya di ranah politik maupun sosial; sehingga lupa sejenak akan pembantaian di Suriah.

Kebangkitan umat berawal dari kerelaan anggota umat untuk menyumbang dan membangun sama-sama maslahat untuk umat dengan ikhlas dan rahmah (kasih sayang); bukan dengan ....

Oke, kedua, kebangkitan ulama dan umat adalah dengan ILMU.

Anda mungkin adalah orang yang suka menertawai orang-orang yang Anda sebut Salafi-Wahabi sebagai tukang copas, atau tukang terjemah artikel bahasa Arab, fatwa ulama mereka dan semacamnya. Jika Anda tertawai mereka karena Anda merasa lebih berilmu dan lebih pintar, well...bisa jadi sebenarnya ilmu Anda tidak bermanfaat sama sekali dan penyebabnya adalah kebiasaan Anda ingin dipuji. Namun jika Anda tertawai mereka dan Anda sendiri bodoh, jahil dan tidak lebih pintar dari mereka, baiknya Anda tidak memelihara kebodohan itu; karena buruk dan menular.

Tetapi, kalau Anda perhatikan pergerakan, semangat, spirit dan kecenderungan mereka untuk menggali dan menyebar ilmu di Internet, Anda akan menemukan bahwa tidak ada satu golongan atau jenis manusia di negeri ini yang semangat keilmuannya melebihi mereka. Anda boleh mengingkari ini, sembari berpura-pura dan mendustai hati.

Baik ustadz maupun pelajar alim atau awamnya, semua dari mereka suka menggali ilmu dan menyebar secara cuma-cuma. Dan mereka tidak terkumpul dalam satu organisasi atau partai. Mereka sadar sendiri tanpa harus disuapi perintah dulu oleh pemimpin.

Mereka boleh sekarang Anda ejek sebagai tukang copas, atau tukang terjemah, atau semacamnya. Tapi, 5 tahun lagi, mereka semua akan besar keilmuannya. Coba bandingkan dengan teman-teman dari golongan Anda, yang menuntut orang agar tidak merasa paling benar tapi sendirinya merasa paling benar. Bandingkan dengan teman-teman dari golongan Anda, yang kelihatan kompak ketika itu bermaslahat bagi Hizb (kelompoknya), meskipun tahu bahwa itu salah. Dan daripada Anda cuma bisa menertawai mereka, cobalah sekali-kali untuk tidak pura-pura tidak tahu problematika dan kekonyolan golongan Anda sendiri yang sebenarnya lebih besar dan tergolong parah. Tapi, selalu ditampik begini, "Antum tidak mengerti!", "Harus tabayyun dulu!", "Jangan sok tahu!", "Ini adalah ijtihad!", "Hargailah khilaf!" atau kalam semacamnya yang menambah rasa lapar atau memancing rasa mual.

Kebangkitan manusia adalah dengan ilmu. Tentu didasari oleh takwa. Jika ilmu tanpa takwa, ya...boleh jadi berilmu...tapi...you know. Jika takwa tanpa ilmu? Tidak tergambar. Karena orang bertakwa pasti berilmu. Takwa tidak bisa diraih tanpa ilmu.

Kebangkitan manusia atau golongan manusia adalah dengan ilmu. Kebangkitan ulama juga dengan ilmu, masak dengan nyanyian? Masak dengan dangdutan? Masak dengan joget-jogetan? Nah, itu dia. Makanya, kalau mau mengoreksi golongan yang sedang getol ilmu ya boleh. Tapi, kalau selalu mengoreksi mereka tapi tidak lihat kekotoran golongan sendiri, berarti ada yang salah. Imma salah di hatinya, imma salah di otaknya, imma salah di keduanya. Coba, koreksi dan siarkan protes Anda pada orang-orang segolongan. Kalau takut-takutan pada orang segolongan sendiri, maka lebih tidak berani lagi pada golongan lain. Sebenarnya begitu, toh?

Di kalangan apa yang Anda sebut Salafi-Wahabi itu, mulai dari ulamanya sampai juhalanya (yang masih tidak punya apa-apa dari ilmu), sangat dimotivasi untuk banyak membaca. Terus membaca. Mereka saling memotivasi satu sama lain untuk belajar bahasa Arab. Belajar bahasa Arab ya untuk memahami Al-Qur'an dan Sunnah, serta penjelas keduanya. Slogannya kan: "Kembali ke Al-Qur'an dan Sunnah". Berarti: kudu faham bahasa keduanya. 

Kalau memang banyak yang belum mampu dari mereka, ya moga dimaklumi. Lagipula, mereka kini sedang saling bahu membahu mengadakan proyek 'pencerdasan' umat, mulai dari kursus Arabic gratis, penyebaran kitab, kajian-kajian di mana-mana, penyebaran artikel dan pada rajin membuat status penuh faedah. Memangnya upaya dan fenomena yang seperti ini ada di golongan Anda? Coba jawab dengan jujur.

Kalaupun memang ada, tidak lebih banyak dan lebih besar dari mereka upayanya.

Justru nanti, yang dahulunya banyak janji dan ucap depan umat 'kami begini' dan 'kami begitu', beberapa tahun lagi juga bakal melemah. Wong sekarang sudah kelihatan mau rubuh gitu kok. Kenapa? Karena tidak mengawali dari basic, toh? Kalaupun memang mengawali dari basic, itu metode dulu. Sekarang: awali dengan: perekrutan dan 'yang penting banyak'.

Makanya, bedanya begini:

"Golongan yang mengutamakan main banyak-banyakan dan yang penting banyak, berarti dia mengutamakan kuantitas. Hampir pasti tujuannya: materi atau posisi."

"Golongan yang mengutamakan main bagus-bagusan dan yang penting ada ilmunya, berarti dia mengutamakan kualitas. Meskipun tujuannya bukan materi atau posisi, kelak yang seperti ini malah akan mendapat keduanya."

Memang, organisasi, partai, yayasan dan semacamnya adalah kendaraan dan tunggangan, untuk masalahat tertentu. Oke.

Tapi, kalau memang dari awalnya punya niat tidak bagus, kelak akan hancur.

Makanya:

Dengan niat ikhlas, ilmu agama dan upaya bersama, kita akan menggapai keadilan dan kesejahteraan meski tidak membuat partai politik.

Dengan niat ikhlas, ilmu agama dan upaya bersama, kita akan mewujudkan kebangkitan bangsa dan kebangkitan ulama meski tidak membuat partai atau organisasi masyarakat.

Memang, status ini terkesan 'cuma ngomongnya doank'. Seperti kebanyakan partai atau ormas, 'cuma ngomongnya doank'.



https://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/558598147514908