Rabu, 03 Juli 2013

Kebangkitan Ulama dan Umat Berawal dari Yang Semacam Ini!




Kumpulan donasi atau dana demi maslahat kaum muslimin Suriah dengan hanya mengandalkan situs Facebook namun bisa meraup pengumpulan sebesar puluhan juta, menunjukkan bahwa umat kita sebenarnya memiliki concern dan kepedulian untuk kaum muslimin di mana pun. Yang saya anggap unik adalah para pelaku dan penggerak hal sehebat ini justru bukan orang-orang haraky; dan tidak dengan membubuhkan embel-embel slogan ala partai atau kelompoknya. Tapi, tujuannya: membantu kaum muslimin serela-relanya!

Sekarang saudara-saudara yang konsentrasi di harakah mungkin sedang sibuk mengurusi keterteteran partainya, atau golongannya di ranah politik maupun sosial; sehingga lupa sejenak akan pembantaian di Suriah.

Kebangkitan umat berawal dari kerelaan anggota umat untuk menyumbang dan membangun sama-sama maslahat untuk umat dengan ikhlas dan rahmah (kasih sayang); bukan dengan ....

Oke, kedua, kebangkitan ulama dan umat adalah dengan ILMU.

Anda mungkin adalah orang yang suka menertawai orang-orang yang Anda sebut Salafi-Wahabi sebagai tukang copas, atau tukang terjemah artikel bahasa Arab, fatwa ulama mereka dan semacamnya. Jika Anda tertawai mereka karena Anda merasa lebih berilmu dan lebih pintar, well...bisa jadi sebenarnya ilmu Anda tidak bermanfaat sama sekali dan penyebabnya adalah kebiasaan Anda ingin dipuji. Namun jika Anda tertawai mereka dan Anda sendiri bodoh, jahil dan tidak lebih pintar dari mereka, baiknya Anda tidak memelihara kebodohan itu; karena buruk dan menular.

Tetapi, kalau Anda perhatikan pergerakan, semangat, spirit dan kecenderungan mereka untuk menggali dan menyebar ilmu di Internet, Anda akan menemukan bahwa tidak ada satu golongan atau jenis manusia di negeri ini yang semangat keilmuannya melebihi mereka. Anda boleh mengingkari ini, sembari berpura-pura dan mendustai hati.

Baik ustadz maupun pelajar alim atau awamnya, semua dari mereka suka menggali ilmu dan menyebar secara cuma-cuma. Dan mereka tidak terkumpul dalam satu organisasi atau partai. Mereka sadar sendiri tanpa harus disuapi perintah dulu oleh pemimpin.

Mereka boleh sekarang Anda ejek sebagai tukang copas, atau tukang terjemah, atau semacamnya. Tapi, 5 tahun lagi, mereka semua akan besar keilmuannya. Coba bandingkan dengan teman-teman dari golongan Anda, yang menuntut orang agar tidak merasa paling benar tapi sendirinya merasa paling benar. Bandingkan dengan teman-teman dari golongan Anda, yang kelihatan kompak ketika itu bermaslahat bagi Hizb (kelompoknya), meskipun tahu bahwa itu salah. Dan daripada Anda cuma bisa menertawai mereka, cobalah sekali-kali untuk tidak pura-pura tidak tahu problematika dan kekonyolan golongan Anda sendiri yang sebenarnya lebih besar dan tergolong parah. Tapi, selalu ditampik begini, "Antum tidak mengerti!", "Harus tabayyun dulu!", "Jangan sok tahu!", "Ini adalah ijtihad!", "Hargailah khilaf!" atau kalam semacamnya yang menambah rasa lapar atau memancing rasa mual.

Kebangkitan manusia adalah dengan ilmu. Tentu didasari oleh takwa. Jika ilmu tanpa takwa, ya...boleh jadi berilmu...tapi...you know. Jika takwa tanpa ilmu? Tidak tergambar. Karena orang bertakwa pasti berilmu. Takwa tidak bisa diraih tanpa ilmu.

Kebangkitan manusia atau golongan manusia adalah dengan ilmu. Kebangkitan ulama juga dengan ilmu, masak dengan nyanyian? Masak dengan dangdutan? Masak dengan joget-jogetan? Nah, itu dia. Makanya, kalau mau mengoreksi golongan yang sedang getol ilmu ya boleh. Tapi, kalau selalu mengoreksi mereka tapi tidak lihat kekotoran golongan sendiri, berarti ada yang salah. Imma salah di hatinya, imma salah di otaknya, imma salah di keduanya. Coba, koreksi dan siarkan protes Anda pada orang-orang segolongan. Kalau takut-takutan pada orang segolongan sendiri, maka lebih tidak berani lagi pada golongan lain. Sebenarnya begitu, toh?

Di kalangan apa yang Anda sebut Salafi-Wahabi itu, mulai dari ulamanya sampai juhalanya (yang masih tidak punya apa-apa dari ilmu), sangat dimotivasi untuk banyak membaca. Terus membaca. Mereka saling memotivasi satu sama lain untuk belajar bahasa Arab. Belajar bahasa Arab ya untuk memahami Al-Qur'an dan Sunnah, serta penjelas keduanya. Slogannya kan: "Kembali ke Al-Qur'an dan Sunnah". Berarti: kudu faham bahasa keduanya. 

Kalau memang banyak yang belum mampu dari mereka, ya moga dimaklumi. Lagipula, mereka kini sedang saling bahu membahu mengadakan proyek 'pencerdasan' umat, mulai dari kursus Arabic gratis, penyebaran kitab, kajian-kajian di mana-mana, penyebaran artikel dan pada rajin membuat status penuh faedah. Memangnya upaya dan fenomena yang seperti ini ada di golongan Anda? Coba jawab dengan jujur.

Kalaupun memang ada, tidak lebih banyak dan lebih besar dari mereka upayanya.

Justru nanti, yang dahulunya banyak janji dan ucap depan umat 'kami begini' dan 'kami begitu', beberapa tahun lagi juga bakal melemah. Wong sekarang sudah kelihatan mau rubuh gitu kok. Kenapa? Karena tidak mengawali dari basic, toh? Kalaupun memang mengawali dari basic, itu metode dulu. Sekarang: awali dengan: perekrutan dan 'yang penting banyak'.

Makanya, bedanya begini:

"Golongan yang mengutamakan main banyak-banyakan dan yang penting banyak, berarti dia mengutamakan kuantitas. Hampir pasti tujuannya: materi atau posisi."

"Golongan yang mengutamakan main bagus-bagusan dan yang penting ada ilmunya, berarti dia mengutamakan kualitas. Meskipun tujuannya bukan materi atau posisi, kelak yang seperti ini malah akan mendapat keduanya."

Memang, organisasi, partai, yayasan dan semacamnya adalah kendaraan dan tunggangan, untuk masalahat tertentu. Oke.

Tapi, kalau memang dari awalnya punya niat tidak bagus, kelak akan hancur.

Makanya:

Dengan niat ikhlas, ilmu agama dan upaya bersama, kita akan menggapai keadilan dan kesejahteraan meski tidak membuat partai politik.

Dengan niat ikhlas, ilmu agama dan upaya bersama, kita akan mewujudkan kebangkitan bangsa dan kebangkitan ulama meski tidak membuat partai atau organisasi masyarakat.

Memang, status ini terkesan 'cuma ngomongnya doank'. Seperti kebanyakan partai atau ormas, 'cuma ngomongnya doank'.



https://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/558598147514908

Tidak ada komentar:

Posting Komentar