Minggu, 16 Juni 2013

Saat Kebosanan Menghampiri Penuntut Ilmu

Bismillaah ..

Seorang santri membawa lembaran kertas berwarna kuning seraya berkata:

Santri: Ustadz, minta tanda tangan untuk pindah sekolah ..

Ustadz: Mau pindah ke mana, anakku?

Jawab beliau (semoga Allaahu Ta'ala menjaganya): Pindah ke sekolah umum, ustadz.

Ustadz: Berapa juz al Qur'an yang telah kamu hafalkan selama ini, anakku?

Santri: (Sambil merunduk) 8 juz, ustadz ..

Ustadz: Jika kamu berada disekolah umum, kira-kira dapatkah kamu menambah hafalanmu?

Santri: Kurang tahu juga, ustadz ..

Ustadz: Mampukah kamu mempertahankan 8 juz pula?

Santri: (Terdiam ..)

Ustadz: Atau mungkin hafalanmu semakin berkurang karena sibuk dengan ilmu keduniaan nantinya? Mengapa kamu ingin pindah, anakku?

Santri: Bosan, ustadz ..

Demikianlah dilema seorang santri yang merasa kebosanan dalam menuntut ilmu agama. Padahal tatkala ditanya apakah cita-citanya ketika beliau masuk mendaftar ke Pontren pada pertama kalinya, jawabnya:

"Mau jadi seorang ulama .."

Pada menghilang kemana cita-cita dan semangat yang membara itu?!

Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Semangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allaah serta janganlah kamu lemah.”

(HR. Muslim: 2664).

Sungguh! Al Qur'an dengan sendirinya telah mendorong para pembaca dan penghafal untuk bersemangat dalam menuntut ilmu, menggali lagikan melafazhkan sekencang-kencangnya. Teriakan-teriakan semisal:

"Mengapa kamu tidak mempergunakan akal ..?"
"Mengapa kamu tidak berfikir ..?"
"Mengapa kamu tidak meneliti ..?"

Merupakan teriakan-teriakan yang datang dari al Qur'an, yang selalu diulang-ulang tatkala memegang, membaca dan meraja'ah hafalan. Dan sebenarnya menghafal, membaca serta mempelajari al Qur'an mampu memberikan tenaga yang besar didalam menggerakkan tubuh, jiwa dan akal untuk mendalami ilmu pengetahuan sedalam-dalamnya. Disamping itu, keikhlasan semata karena Allaahu Ta'ala juga memainkan peran yang penting, karena dengannyalah Allaahu 'Azza wa Jalla membantu perjuangan sang pencari ilmu.

Apabila seorang hamba sudah dibantu olehNya, adakah penghalang lain yang mampu menghalangi?

Ikhlas dalam menuntut ilmu berarti menyerahkan sepenuh hati kepada ilmu. Dengan adanya keikhlasan juga, berarti menganggap enteng penghalang-penghalang yang menghambat proses panjang mencari ilmu itu sendiri. Sebab dengan ikhlas, seorang hamba yakin, Allaah Ta'ala akan menolongnya disa'at kesulitan. Maka tidaklah mengherankan jika di antara para hamba, ada yang giat menyalin buku jikalau tidak mampu untuk membelinya.

Sungguh, bosan adalah penyakit yang mematikan. Ia membunuh cita-cita peraihnya, sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya sendiri. Setiap kali kita menyerahkan diri kepada kebosanan, maka ilmu yang diperolehi akan semakin berkurang, bahkan mampu menghilang.

Bukankah seorang yang biasa mengaji dahulu, tiba-tiba merasa kelu dan berat lidahnya untuk mengulang kembali amalan tersebut, setelah bertahun-tahun lamanya vakum meninggalkan kebiasaan mulia ini?

Seorang penuntut ilmu tidak boleh bosan, putus-asa atau terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa diperolehi secara kilat begitu saja, atau dikursuskan dalam waktu yang singkat. Perlu kita ingat, perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajiblah bersabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allaahu Tabaaraka wa Ta'ala, agar tetap istiqaamah dalam menimba kebenaran. Jangan pernah patah semangat dan jangan pula menjadi penuntut yang cengeng, dimana ketika diberi sedikit tantangan saja, langsung melempem (kerupuk terendam air?), sembari meninggalkan ilmu tersebut. Milikilah semangat yang membaja, hati yang kokoh untuk tetap berada dijalan bercahaya ini.

Jika kebosanan telah melanda seseorang tatkala menuntut ilmu selama empat tahun saja, alangkah sayangnya perhentian ini, jika kita banding dan renungkan dengan seksama perkataan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam ini ..

“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allaah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju Syurga. Sesungguhnya para Malaikat akan merendahkan sayap-sayap mereka bagi penuntut ilmu sebagai tanda ridha terhadap apa yang mereka lakukan. Sungguh seorang yang berilmu akan dimintakan ampun baginya oleh semua yang ada dilangit dan bumi sampai pun ikan dilautan. Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang ahli ibadah bagaikan keistimewaan bulan di hadapan bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang dapat mengambilnya, sungguh ia telah meraih bagian yang banyak.”

(HR Abu Daud: 3641, at Tirmidzi: 2683, Ibnu Majah: 223).

Allaahu a'lam.


http://www.facebook.com/photo.php?fbid=518894078176368&set=a.123356874396759.19950.100001673406902&type=1&ref=nf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar