Jumat, 15 Februari 2013

Syarat Diterimanya Tauhid (1)

Para ulama mengatakan bahwa agar tauhid kita diterima, ada tujuh syarat yang harus dipenuhi :

1. Mengetahui maknanya
2. Meyakini maksudnya tanpa ragu sedikitpun
3. Menerima konsekuensinya tanpa penolakan sama sekali
4. Tunduk pasrah terhadap konsekuensi tersebut
5. Semata-mata karena Allah, bukan yang lainnya
6. Jujur dalam mengucapkan
7. Mencintainya sepenuh hati


MENGETAHUI MAKNANYA
sesuatu yang diucapkan tidak selamanya difahami. anak kecil sering berceloteh tanpa memahami makna yang diucapkan. demikian pula orang gila, orang mengigau, dan atau orang sadar yang sekedar ikut-ikutan. bahkan burung beo pun bisa diajari menirukan kata laa ilaaha illallaah, tanpa tahu sedikit pun tentang maknanya.

"Mereka yang menyeru selain Allah itu tidak memiliki syafa'at sedikit pun. kecuali orang-orang yang bersyahadat dengan benar dalam keadaan mengetahui" (QS. Az Zukhruf: 86)

Dalam tafsir as-Sa'di dijelaskan "yaitu, mengucapkan dengan lisan, mengakui dengan hati dan mengetahui apa yang dipersaksikan."

“Barangsiapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim no.145)

“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az Zumar : 9)



MEYAKINI MAKSUDNYA TANPA RAGU SEDIKITPUN

Sekedar mengetahui maknanya tidaklah cukup, namun harus pula meyakininya. sebab tidak semua yang kita ketahui secara otomatis kita yakini kebenarannya. karenanya, kita mengenal adanya ilmu pasti dan ilmu tidak pasti. disebut ilmu pasti karena kebenarannya bersifat pasti alias yakin.

tauhid pun demikian. Jadi, seseorang harus meyakini kalimat laa ilaaha illallaah seyakin-yakinnya tanpa boleh ada keraguan sama sekali. Yakin adalah ilmu yang sempurna.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat : 15)

Dalam tafsir As-Sa'di dijelaskan "Dalam beriman, Allah subhanahu wata'ala mensyaratkan tidak adanya keraguan, karena iman yang bermanfaat adalah tekad bulat dan keyakina terhadap perintah Allah subhanahu wata'ala untuk beriman padaNya yang tidak disertai dengan keraguan sedikit pun."

Apabila seseorang ragu-ragu dalam keimanannya, maka termasuklah dia dalam orang-orang munafik –wal ‘iyadzu billah [semoga Allah melindungi kita dari sifat semacam ini]. Allah Ta’ala mengatakan kepada orang-orang munafik tersebut,

“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.”(QS. At Taubah : 45)

yakni, mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan keyakinan yang benar. oleh karena itu, keinginan mereka kepada kebaikan pun minim, mereka takut berperang, mereka harus meminta izin untuk tidak berperang. "kerena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya." yakni selalu dalam kebimbangan dan kebingungan.

Dalam beberapa hadits, Allah mengatakan bahwa orang yang mengucapkan laa ilaha illallah akan masuk surga dengan syarat yakin dan tanpa ada keraguan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidak ada seorang hamba pun yang bertemu Allah (baca: meninggal dunia) dengan membawa keduanya dalam keadaan tidak ragu-ragu kecuali Allah akan memasukkannya ke surga” (HR. Muslim no. 147)




*insyaAllah bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar