Selasa, 26 Februari 2013

TAFSIR AR-RUM:7


Bismillah,

"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." (QS ar-Rum:7)



Dan mereka, orang-orang yang tidakmengetahui. Maksudnya, mereka yang tidak mengetahui esensi sesuatu dan akibat-akibatnya, sebenarnya “hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia,” lalu mereka melihat kepada sebab-musabab dan memastikan kejadian perkara yang sudah terbetik dalam pikiran mereka, yang telah terpenuhi semua sebab musabab keberadaannya; dan mereka meyakini ketidakterjadinya suatu perkara yang mana mereka sama sekali belum melihat keberadaan sebab-sebab yang bisa menimbulkan kejadiannya. Jadi, mereka sangat tergantung kepada sebab-sebab, tanpa melihat kepada (Allah) yang menurunkan sebab-sebabnya, yang bertindak padanya, “sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” Hati mereka, hawa nafsu mereka dan kemauan mereka sudah terfokus pada dunia, kesenangan dan gemerlapnya, lalu berbuat hanya untuk itu, berupaya dan menuju kepadanya, berpaling dan lupa tehadap kehidupan akhirat. Ia sama sekali tidak merindukan surge, tidak pula takut akan api neraka, tidak juga berdiri di hadapan Allah dan berjumpa denganNya membuatnya takut dan membuatnya ngeri. Ini adalah tanda kesengsaraan, dan cirinya adalah lalai akan kehidupan akhirat.

Yang mengherankan adalah bahwa sesungguhnya kelompok manusia yang satu ini sudah mencapai pada kecerdasan dan kepintaran yang sangat tinggi terhadap lahiriah kehidupan dunia hingga sampai pada tigkat mencengangkan akal da menakjubkan hati. Mereka bisa memperlihatkan berbagai keajaiban nuklir dan listrik, peralatan transportasi darat, laut dan udara yang dengannya mereka menjadi unggul. Mereka berhasil menampakkan dan membanggakan akal mereka, dan mereka memandang bangsa-bangsa lain dengan pandangan hina dan rendah, sedangkan dalam masalah agama mereka merupakan manusia yang paling bodoh dan paling lalai terhadap kehidupan akhirat, serta paling dangkal pengetahuannya terhadap akibat-akibat perbuatan mereka.

Mereka telah dilihat oleh orang-orang yang berakal dan berpandangan tajam sedang terombang-ambing dalam kejahilan, tergelimang dalam kesesatan, terbuai dalam kebatilan. Mereka telah melupakan Allah, maka Allah menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik. Lalu para ahli piker itu melihat kepada apa yang dikaruniakan Allah subhanahu wata’ala dan kemampuan yang Allah anugerahkan kepada mereka (sekelompok manusia itu) berupa pemikiran-pemikiran yang sangat canggih dalam permasalahan dunia dan lahirnya, sedangkan mereka tidak dikaruniai akal yang sangat jenius. Maka para ahli pemikiran yang mendalam (tajam) itu mengetahui bahwasannya segala perkara adalah wewenang Allah dan keputusan terhadap manusia adalah milikNya. Ia tiada lain melainkan hanya taufikNya atau pengabaianNya.

Maka dari itu mereka (para ahli pemikiran yang mendalam) takut kepada Allah, Rabb mereka, dan mereka memohon kepadaNya semoga Dia berkenan melengkapi cahaya akal dan iman yang telah dianugerahkanNya kepada mereka hingga mereka bisa sampai kepadaNya dan menempati keridhaanNya. Semua perkara di atas, kalau saja disertai dengan iman dan dibangun di atasnya, tentu ia akan membuahkan kemajuan yang sangat tinggi dan kehidupan yang baik. Akan tetapu, karena kebanyakannya dibangun di atas landasan ilhad(kekafiran), maka ia tidak membuahkan sesuatu kecuali dekadensi moral dan segala sebab kebinasaan dan kehancuran.

Disalin dari Tafsir Al-Qur’an jilid 5, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Pustaka Sahifa, hal 518-520
Semoga kita semua bisa mengambil banyak manfaat dari tafsir ayat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar